NIGO And His Phenomenal Clothing Line ‘BAPE’
BNiB - Bisa dibilang hampir semua fashion enthusiast tidak akan asing lagi jika mendengar nama brand yang sangat fenomenal di dunia fashion, ‘NIGO’ dan clothing line-nya bernama ‘A Bathing Ape’. Tomoaki Nagao, atau yang lebih dikenal dengan julukan NIGO, adalah music producer, DJ, founder, dan owner dari urban clothing brand yang sangat terkenal di dunia, yaitu ‘A Bathing Ape’ atau ‘BAPE’. NIGO tidak menyebut dirinya sebagai designer, ia lebih suka menyebut dirinya sebagai entrepreneur.
Ketertarikan Nigo dengan dunia fashion bermula dari saat ia pertama kali melihat Run DMC di televisi sewaktu kecil. Di masa mudanya, NIGO sangat terobsesi dengan culture hip-hop, bisa juga disebut dengan hip-hop addict, dan hal ini adalah awal mula terbentuknya core idea yang membuatnya menjadi fashion icon yang sekarang telah menjadi salah satu fenomenal di dunia fashion.
Saat umur 16 tahun, NIGO yang lahir dan grew up di prefektur Gunma Jepang, selalu menyempatkan jalan-jalan ke Tokyo untuk datang ke sebuah record store favourite-nya, ‘Cisco’. Dan dengan semua koleksi turntable-nya, Nigo mulai menabung untuk membeli turntable set-nya sendiri yang akhirnya tersampaikan setelah setahun menabung dari kerja kerasnya. Terobsesi dengan hip-hop, the wannabe-DJ NIGO mulai mendandani dirinya berdasarkan hip-hop idolnya, seperti Public Enemy, LL Cool J, dan The Beastie Boy.
Perjalanan Karier dan Pengakuan Nigo
Setelah lulus dari SMA, Nigo diterima untuk belajar fashion editorial di universitas fashion yang cukup terkenal di Jepang, yaitu Bunka University Tokyo. Universitas tersebut adalah tempat para designer-designer terkenal, seperti Kenzo Takada, Yohji Yamamoto, Jun Takahishi, dan Tsumori Chisato mendapatkan gelar sarjananya. Tetapi Nigo mengaku bahwa wawasan yang menurut dia sangat berarti dan bermanfaat untuk mendapatkan posisi yang sekarang ia capai tidaklah ia dapatkan dari sekolah prestigious fashion Bunka tersebut, melainkan dari nightclubs di Tokyo, di mana ia merasa mendapatkan berbagai macam koneksi yang sangat mendorong kariernya di fashion industry.
Faktanya, Nigo mengaku bahwa ia merasa ia tidak belajar apa-apa dari Bunka, tetapi ia tidak menyesali tahun yang dihabiskannya untuk belajar di universitas tersebut karena dari situ ia bertemu dengan Jun Takahashi yang pada akhirnya menjadi partner penting dalam kariernya. Pada masa itu, Nigo juga mendapatkan kenalan yang berperan sangat penting dihidupnya, yaitu Hiroshi Fujiwara yang dikenal juga sebagai “Godfather of Harajuku”.
Hiroshi juga salah satu orang yang membuat Nagao mendapat nickname “NIGO” yang bisa diartikan “Number Two”, dengan reference duo dari role-nya sebagai asisten Fujiwara. Dengan bantuan Fujiwara, di tahun 1993, Nigo dan Jun Takahashi membuka fashion store yang dikenal dengan nama “Nowhere” di daerah Harajuku, Tokyo.
“Jun was a designer from the start and I used to operate very much as a stylist”, ungkap Nigo saat menjadi stylist dari ‘Nowhere’. Nigo selalu bolak-balik antara Amerika dan Jepang untuk membeli dead-stock sneakers dan vintage American college wear untuk dijual di store-nya di Jepang. Jun melihat potensi yang sangat besar dari Nigo dan merasa perkerjaannya pada waktu itu lumayan melelahkan dan agak tidak efektif, maka dari itu Jun terus-terusan membujuk Nigo untuk membuka fashion label-nya sendiri. Dari situ lah, Nigo mulai merintis labelnya bernama A Bathing Ape.
Bape Menciptakan Lifestyle dan Culture-nya Sendiri
Asal mula dari nama brand ‘Bape’ terinspirasi dari film ‘Planet of The Apes’ yang waktu itu sangat populer di tahun 1968. Menurut Nigo, nama “A Bathing Ape” berasal dari pribahasa Jepang yang berarti “bathing in lukewarm water”. Selain itu, tampilan dan nama ‘Bathing Ape’ tersebut juga mempunyai arti lainnya, yaitu diambil dari refensi ucapan sehari-hari yang menyinggung kekayaan dari masa post-war dan kultur yang memperlihatkan ‘Consumption-obsessed Japan’.
Bape bukanlah semata ‘a clothing line’ tetapi sudah menjadi lifestyle dari society. Bahkan kolaborasi-kolaborasi yang dibuat oleh Bape juga berdasarkan dari lifestyle approach, seperti contohnya kolaborasi dengan Kaleng Pepsi dan make up MAC. The main idea dari semua itu adalah untuk menaikkan brand awareness dari brand BAPE, memenuhkan dan mendekorasi semua essential daily products dengan nama, logo estetik yang berbau BAPE. Sekarang, BAPE sudah mengeluarkan produk-produk yang essential untuk everyday life seperti handuk, mugs, karpet, dan banyak lagi.
Dulu, Bape hanya bisa didapatkan di Jepang, dengan arti more efforts untuk fans Bape di luar Jepang, karena mereka harus membeli produk tersebut secara online seperti dari site Ebay atau Rakuten. Pembeli juga dibatasi untuk membeli satu produk per orang dan harus di size yang tepat untuk sang pembeli. Dengan keeksklusifannya tersebut, Bape berhasil memberikan a great hype around the brand itself.
BACA JUGA : PENTINGNYA DENIM DI DALAM WARDROBE PRIA
BACA JUGA : PENTINGNYA DENIM DI DALAM WARDROBE PRIA
Semua orang selalu lebih tertarik dengan sesuatu yang ekslusif, dan BAPE mengerti hal itu. Bahkan brand terkenal dan sukses seperti Supreme didn’t give you the luxury feel. Tetapi saat customer datang untuk membeli BAPE, mereka merasa ekslusif seperti berbelanja di brand seperti Louis Vuitton.
Konsep yang Outstanding disetiap Store Bape
Interior untuk flagship store-nya BAPE di desain oleh interior design firm bernama Wonderwall, di mana juga sudah berpengalaman men-design untuk brand-brand besar, seperti konsep retail store untuk Uniqlo dan space baru untuk Samsung di Meatpacking District, Manhattan. Mereka membantu membuat experience yang tidak terlupakan untuk para costumers yang datang, di mana akan memberikan impact besar untuk membantu mengangkat nama brand tersebut.
Store BAPE di Shibuya mempunyai feature dengan system multi-color LED untuk tangganya, dan BAPE di Harajuku di desain dengan konsep yang terinspirasi dengan American Diners. Dengan konsep toko yang unik dan sangat outstanding tersebut, membuat para custumers penasaran untuk masuk dan melihat-lihat toko BAPE lainnya. Selain unggul dengan keeksklusifan dan strong store design-nya, salah satu yang sangat berperan penting untuk membantu BAPE to stay on top adalah its strong brand DNA.
“BAPE has an extremely strong aesthetic”, ucap Lawrence Schlossman, former complex and four pins editor dan brand director di ‘Grailed’. BAPE adalah salah satu brand yang memiliki produk sangat berkarakter, customer tidak akan bisa mendapatkan produk yang sama atau yang menyerupai dengan produk BAPE di toko lain. ‘If you want that Bape look, you have to go to BAPE only, you can’t get it at any other stores’.
As a result, menurut Schlossman, BAPE menempati the top 15 brands yang paling diminati dan dibeli di ‘Grailed’, setara dengan brand-brand besar, seperti Saint Laurents, Supreme, Rick Owens, dan Raf Simons, dengan produk per piece yang biasanya berharga sekitar $300.
Nigo Meninggalkan Bape
Tetapi taste millennial pasti akan selalu berubah dan kebiasaan konsumsi market mulai jatuh pada sendirinya, dan mengakibatkan menurunnya pasar pada brand BAPE. Keberuntungan Nigo mulai merosot. In fact saat Nigo sedang menghadapi kejatuhan dari krisis financial di perusahaannya, ia terpaksa menjual 90% dari brand BAPE hanya untuk 230 Million Japanese Yen, atau setara dengan $2.8 million. Dari situ, sudah terlihat ke mana jalan dan future NIGO untuk brand BAPE tersebut.
Pada tahun 2011, it was announced that ‘I.T’, company yang berbasis di Hong Kong mendapatkan kuasa dari brand BAPE. Dua tahun setelahnya, Nigo memutuskan untuk meninggalkan brandnya yang sudah sekitar 20 tahun dijalaninya tersebut. Sewaktu itu, BAPE sudah menjadi iconic streetwear fashion dan culture internationally, dan pada saat Nigo mengumumkan kepada publik bahwa ia akan meninggalkan brand A Bathing Ape-nya, saat itu juga berita itu menjadi trigger yang seimbang dengan akhirnya zaman.
Dengan tidak adanya sosok Nigo sebagai owner dan founder dari Bape, semua orang mulai meragukan akan masa depan brand tersebut. Namun begitu, menurut banyak interview dari loyal customers BAPE, the identity dari BAPE yang baru tidak berubah banyak. ‘The identity is still intact’, dan yang paling penting adalah desain dari produknya dan aesthetic around the brand masih tetap asli, konsisten, dan on point.
Sekarang NIGO masih tetap berkarya dan keeps himself occupied dengan label barunya yang lebih tertata bernama “Human Made”. Brand tersebut fokus dengan high-quality vintage reproduction. Nigo juga berkerja sebagai kepala UT T-shirt line untuk brand high street Jepang ternama ‘Uniqlo’. Dan ia juga mempunyai kerja sama kolaboratif dengan brand besar Adidas.
Despite all of those incredible achivements, semua project itu tidak ada yang bisa melampaui energi dan achievement yang dicapainya dengan brand BAPE. Banyak customer yang mengaku sangat merindukan peran NIGO di brand BAPE as a great businessman, pemilik, dan head of the creative. NIGO telah sukses memberikan pengaruh besar dan goncangan yang sangat berarti bagi kultur streetwear di dunia.
Bagaimana menurut kalian tentang BAPE yang sekarang dan BAPE yang dulu dipegang oleh NIGO? Which one do you actually prefer? Jika kamu punya komentar dan opini tentang issue ini, jangan sungkan komen di bawah ya! Tell us what you think!
sumber : https://jurnal.maskoolin.com
Post a Comment